Namun, apa memang betul, tidak ada kesempatan bagi para pemuda tersebut untuk setidaknya mengembalikan kejayaan Arsenal?
Penulis : Muhammad Faqih | Penyunting : Upik
Arsenal yang dahulu adalah tim penyemarak papan tengah, kini menunjukkan tajinya kembali. Memang, dulu Arsenal sempat ambisius dalam mengejar gelar, tapi setelah kepergian Arsene Wenger (pelatih Arsenal yang terkenal), mereka menjadi tim medioker. Kini, di bawah pelatih “yang katanya” tepat, Mikel Arteta, Arsenal menjadi salah satu tim kandidat juara Liga Inggris.
Di satu sisi, tim kepelatihan tampak dibenahi, tetapi tetap masih ada keraguan yang menyasar pada susunan pemain Arsenal musim ini dengan banyaknya pemain muda. Keraguan hadir ketika skuad Arsenal dirasa tidak mampu mengarungi musim ini sebab minimnya pengalaman dari pemain-pemain muda tersebut. Namun, apa memang betul, tidak ada kesempatan bagi para pemuda tersebut untuk setidaknya mengembalikan kejayaan Arsenal? The Mozart of Chess, Magnus Carlsen, menggemari catur sejak usia muda. Ketika umurnya menginjak empat tahun, ia menyelesaikan susunan Lego yang ditujukan untuk anak usia 14 tahun. Tidak kalah jenius dengan juara catur dunia yang jauh lebih senior saat itu, Magnus memperoleh gelar Grand Master caturnya di usia 13 tahun.
Contoh lain adalah dalam bidang seni musik, tidak ada yang menyanggah ketika gelar maestro disematkan kepada pemain biola fenomenal, Idris Sardi. Pada usia 10 tahun, Idris Sardi sangat menarik perhatian ketika tampil pada tahun 1949 di Yogyakarta. Idris mengenal biola sejak usia muda. Ketika anak usia delapan tahun sibuk berkelahi dan bermain kelereng, ia justru sibuk bermain biola. Bahkan, Nicolai Vorfolomeyeff, pelatih biolanya saat itu, menerima Idris sebagai mahasiswa luar biasa di Akademi Musik Indonesia ketika usianya masih belia.
Kembali lagi ke Arsenal, kini tim ini menduduki peringkat pertama sebagai tim yang memiliki rata-rata usia termuda di Liga Inggris. Tanpa pemain senior yang mumpuni, tak adanya pemimpin di atas lapangan, dan minimnya jam terbang pemain muda adalah kritik-kritik yang ditujukan kepada Arsenal. Namun, seperti Magnus dan Idris yang cemerlang saat muda, pemuda-pemudi Arsenal juga tidak bisa dianggap remeh.
Susunan pemain yang terbilang muda, bahkan “belum matang”, menggertak keraguan The Gooners (sebutan untuk tim Arsenal) dan publik penikmat Liga Inggris. Sejauh ini, Arsenal mampu memimpin klasemen Liga Inggris dengan hanya menorehkan satu kekalahan sebagai hasil minor. Bahkan, 9 Oktober kemarin, Arsenal sukses melucuti Liverpool dengan skor 3-2. Arsenal dapat disebut sebagai tim belia calon penakluk Liga Inggris. Akankah mereka menjadi kampiun musim ini? Pertanyaan itu mungkin terlalu awal diajukan. Namun, sejauh mana langkah pemuda-pemudi Arsenal tetap bergantung pada konsistensi dan tekad mereka pula. Semoga saja The Gooners berharap pada sesuatu yang tidak mengecewakan.
Tags: Arsenal, The Gooners, pemuda-pemudi
0 Komentar